Tentu
kita akan membayangkan hijaunya pepohonan dan udara yang segar saat kata
“Hutan” dikemukakan. Secara umum Hutan adalah sebuah kawasan yang
ditumbuhi oleh pepohonan dan beraneka tumbuhan lainnya. Berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink) dan merupakan
salah satu aspek biosfer Bumi yang
paling penting.
Sebagai suatu ekosistem hutan menyimpan beragam sumberdaya alam, dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebab hutan berperan sebagai penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berbagai flora dan fauna. Dan yang lebih utama, peran hutan adalah penyeimbang lingkungan, seperti mencegah timbulnya pemanasan global yang dekade terakhir ini telah menjadi persoalan kita bersama.
Tak dapat dipungkiri, saat ini di seluruh dunia, hutan-hutan sedang dalam krisis akibat meningkatnya pola produksi dan kurang apiknya pengelolaan hutan. Supaya hal demikian tidak semakin parah, tentu menuntut kepedulian kita agar dapat menjaganya, karena “karunia” Indonesia adalah hutan tropis yang paling luas dibanding Negara lainnya. Puluhan juta masyarakat Indonesia mengandalkan hidup dengan mata pencaharian yang bergantung pada hutan, baik dari mengumpulkan berbagai jenis hasil hutan, mengelola pertanian (tumpangsari) ataupun bekerja pada sektor industri pengolahan kayu. Sekarang ini kita menjadi pusat perhatian dunia, sebab belum mampu melakukan pengelolaan hutan yang dapat mensejahterakan masyarakatnya. Bahkan “Keajaiban ekonomi” Indonesia pada tahun 1980-an dan 1990-an ternyata dapat terwujud dengan menghancurkan lingkungan, termasuk pelanggaran hak dan tradisi mayarakat lokal yang notabene diyakini mampu memelihara keseimbangan hubungan antara manusia dan alamnya.
Namun kondisi dan situasi yang demikian bukanlah alasan untuk saling menyalahkan antar sesama pemangku kepentingan terkait pengelolaan dan pemanfaatan hutan. Karena pada dasarnya semua manusia memiliki keterhubungan yang mendasar dengan hutan atau lingkungan. Erich Fromm, salah seorang ahli psikologi menggunakan istilah Biophilia untuk mengungkapkan hal tersebut. Biophilia adalah kebutuhan biologis manusia untuk berinteraksi dengan alam, dan atau, respon positif manusia secara genetis dengan alam. Bersandar pada hal tersebut, mungkin inilah saatnya untuk meningkatkan kepedulian kita terhadap kelestarian hutan dan lingkungan. Spirit kepedulian yang dapat kita tuangkan sesuai dengan kemampuan dan tanggung jawab profesi kita masing – masing.
Dengan kacamata personal saya, setidaknya inilah salah satu alasan kenapa Proyek Seni Tentang Hutan ini dilaksanakan. Bagaimana seniman – seniman yang terlibat dalam kegiatan ini dapat merespon fenomena kehidupan yang berkaitan langsung dengan hutan, melalui karya seni.
Terlaksananya kegiatan ini tidak dapat dilepaskan dari berbagai pihak yang telah memberikan support mereka. Atas hal tersebut, saya mewakili GUprod mengucapkan terima kasih yang sedalam – dalamnya, kepada Bapak Kyai Manzhur, Mbak Ani, Jajaran Perangkat Desa dan Masyarakat Desa Ngadisono, Mbak Yayuk, Seniman (Ferial Afif, Fitri DK, DJ Har, Allatief, Isrol, Harlen, Hirosi Mehata, Seppa D), Para Sponsor dan Partnership, dan kepada seluruh teman - teman yang telah membantu terlaksananya program kegiatan “Proyek Seni Tentang Hutan” ini..
Bayu W
Tidak ada komentar:
Posting Komentar