Doni
Fitri, M.A. Roziq, dan Iabadiou Piko; Eksplorasi
Teknik Dan Keliaran Ide Yang Memprovokasi
Sekarang ini
teknologi fotografi telah berkembang dengan pesat, sehingga semua orang yang
memiliki kamera dapat melakukan aktivitas fotografi. Ketika orang – orang
melakukan aktivitas tersebut (dengan jenis kamera apapun) yang familiar
terdengar adalah suara “klik”, saat tombol Shutter ditekan.
Namun yang
menarik dari pameran “On-Klik ini adalah; Perubahan dari suara “klik” menjadi
“on-klik”. Suara “klik” merupakan suara yang terdengar saat tombol Shutter
ditekan, menandakan bahwa image yang ditangkap lensa telah direkam. Sedangkan
“on-klik” sengaja dikemukan sebagai gambaran “peristiwa” sebelum ataupun
sesudah tombol shutter ditekan. Dan atau, bagaimana menghadirkan atau
menggambarkan proses kreatif seniman yang memilih fotografi sebagai media ungkap
atas ide dan gagasan.
“On-Klik”
dapat dilihat sebagai suatu “petanda-relasi” antara seniman dengan media yang
digunakan (ketika menciptakan karya seni), dan juga subyek/objek karya seninya.
Yaitu hubungan yang bersifat ajeg dan bersumber pada seniman sebagai pemilik
ide dan pengambil keputusan. Terutama hubungan yang terkait dengan pemilihan
ide, penggunaan teknik dan perlakuan
terhadap objek/subyek yang akan dieksplorasi oleh seorang seniman.
Berikutnya adalah perbedaan proses yang dihadirkan
oleh masing - masing seniman. Meskipun sama – sama memilih fotografi sebagai
media penciptaan karya seni, pada dasarnya setiap seniman memiliki sudut
pandang dan selera artisitik yang berbeda, disebabkan oleh perbedaan latar
belakang dan pengalaman yang dilalui oleh Iabadiou Piko, MA Roziq dan Doni
Fitri.
Bermain – main dengan benda, begitu ucap Doni Fitri
ketika berdialog tentang karya seni yang akan ditampilkan dalam pameran ini.
Proses bermain tersebut tampak jelas pada subyek/objek karyanya yang terdiri
dari rangkaian daging, kapas, dan rambut, walaupun dia tidak membatasi proses
kreatifnya pada rangkaian objek – objek tersebut.
Setelah merangkai
objek tersebut, permainan berlanjut keteknik foto over exposure yang dia
gunakan. Menurut penuturannya, teknik memotret dengan kelebihan cahaya ini
sangat menarik, dan dia tidak mengandalkan proses editing yang sering dilakukan
oleh orang lain tatkala membuat visual over exposure. Ada tiga komponen dalam
mengeksplorasi foto over exposure, yaitu; Diafragma, Kecepatan atau Shutter
speed, dan ASA. ASA yang digunakan adalah ASA 100, sedangkan diafragma besar untuk
mempersempit ketajaman disesuaikan dengan jauh – dekatnya jarak memotret.
Kemudian shutter speed yang normalnya dikisaran 250 sengaja dikurangi menjadi
50 – 60. Selain ketiga hal tersebut, berikutnya adalah penggunaan reflector
cahaya. Doni sengaja menggunakan cahaya tunggal (matahari), namun posisi dan
penempatan reflector cahaya yang ciamik membuat refleksi cahaya tidak lagi
menjadi cahaya pengisi (fill-inlight), tapi menjadi kreasi yang menimbulkan
kesan multi light pada objek/subjek karya seninya.
Terlepas dari
proses bermain yang dilakukan oleh Doni Fitri di atas, proses kreatif yang dilakukan
oleh M.A. Roziq berawal dari pertanyaannya tentang, Apa yang abadi di dunia
ini? Setelah melewati proses refleksi diri, pertanyaannya tersebut bermuara
pada objek Es, Air membeku yang dapat mencair. Sedangkan pemilihan mainan anak
– anak, umpan pancing, dan senjata menjadi konstruksi cerita realitas yang dia
temui.
Ekplorasi
tentang es menuntutnya untuk mendalami karakter air dan mesin pendingin
(freezer). Roziq menggunakan air matang untuk membuat es yang berwarna jernih,
atau air mentah untuk membuat es yang berwarna keruh, dan apabila dia
menginginkan es yang berwarna jernih dan keruh dia mengkombinasikan keduanya dengan
teknik “pembekuan-berulang”. Sedangkan untuk membentuk komposisi objek yang
sesuai dengan keinginannya Roziq menggunakan solder dan hair dryer, baru
kemudian dia menggunakan kamera untuk menangkap visual tersebut. Karena sifat
dasar es yang mudah mencair, aktivitas memotret tidak membutuhkan waktu lama. Moment
dengan waktu singkat inilah yang menjadi tantangan tersendiri baginya.
Tantangan
tersebut belumlah usai, sebab aplikasi teknik cetak dan pemilihan material
cetak adalah perihal penting baginya. Selama ini dia pernah menggunakan
material kertas, akrilik, kanvas, Stainles,HPL, dan alumunium. Khusus untuk
pameran ini Roziq mengolah alumunium komposit sebagai media cetak. Sedangkan teknik cetak
yang diaplikasikan adalah cetak UV Print.
Berbeda
dengan Doni Fitri dan M.A. Roziq, Iabadiou Piko dalam pameran ini sengaja mengetengahkan
material kanvas dan eksplorasi setereofom sebagai media cetak. Penjelajahannya
terhadap material ini dimulai dari ketertarikan terhadap tekstur. Piko
menggabungkan tekstur yang dia potret, tekstur yang dibuat (saat pengolahan
image/editing), dan memanfaatkan karakter tekstur dari kanvas dan setereofom
itu sendiri. Tekstur di sini menjadi kombinasi antara tekstur semu dan tekstur
nyata.
Tak lepas dari persoalan tekstur semu dan nyata sebagai metafora “ruang-realitas”, proses kreatif piko merupakan “rekam-jejak” dari ingatannya dikehidupan sehari – hari. Ingatan saat bertemu dengan orang – orang yang “ada” dalam sebuah peristiwa. Perhatian terhadap ruang realitas keberadaanya menjadi pemicu tumbuhnya kreasi diri dalam kekaryaan yang dominan abstrak figurative ini. Dapat dikatakan, bagi Piko ingatan bukan hanya sebagai prasasti pikiran, melainkan fenomena kompleks yang disajikan oleh setiap peristiwa. Tantangan proses kreatifnya berada antara titik kemauan dan kesadaran, mau untuk memperhatikan hal – hal yang terjadi di sekeliling kita secara mendalam, dan sadar akan kemampuan sekaligus keterbatasan kita sebagai individu.
Karya – karya Piko yang hadir
di pameran ini menjadi refleksi dari tumpukan memori pribadinya. Melalui
karyanya dia merekonstruksi kembali berbagai ingatan yang dimiliki menggunakan
bahasa visual, sebuah peristiwa (lain) yang multi interpretasi. Dan gagasan ini
jua lah yang mendasarinya untuk memilih teknik editing “sandwich” dalam
mengolah image. Teknik editing “sandwich” yang digunakan Piko adalah penumpukan
beberapa image yang bertujuan mengkonstruksi satu image dengan komposisi yang
sesuai dengan keinginannya.
Dibalik
segala perbedaan yang memisahkan proses kreatif kekaryaan Iabadiou Piko, MA
Roziq dan Doni Fitri, pameran “On-Klik” ini seperti menyatakan sebuah kesamaan,
bahwa “Klik” pertama dari profesi mereka sebagai seorang seniman adalah; “daya
jelajah”, proses kreatif yang
lahir dari hubungan timbal balik antara eksplorasi teknik dan keliaran ide yang
dapat memprovokasi persepsi dan imajinasi kita.
Bayu W
Tidak ada komentar:
Posting Komentar