Pameran Seni Rupa FORMMISI di Sekretariat Sakato
Menguak potensi diri dan dinamika kelompok dalam membangun
Spirit-Kebangkitan
“Mambangkik batang
tarandam” secara harfiah dapat diartikan: membangkit batang yang terendam
atau terbenam. Dari sini tampak sebagai suatu upaya untuk mengobarkan semangat agar
terus maju, dengan tetap berpijak pada kekuatan dan potensi – potensi yang
dimiliki, mengolah dan membangkitkanya kembali sehingga nantinya dapat
bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Demikianlah, jargon tersebut dipandang sebagai
hasrat seseorang atau kelompok untuk mengembalikan kejayaan mereka di masa lalu.
Namun pada sisi lainnya, penggunaan kalimat “mambangkik batang tarandam” dapat mencerminkan
perasaan imperior, rendah diri, dan nuansa pesimisme karena adanya beban akibat
tuntutan terhadap “pengembalian kejayaan masa lalu” yang pernah dialami secara
personal maupun kelompok.
Pada awalnya hal – hal yang tertulis pada
kalimat terakhir di paragraf di atas menjadi asumsi pribadi saya ketika beberapa
kali berdialog dengan Jhoni (Ketua FORMMISI saat ini) dan beberapa orang
temannya. Perihal keinginan kelompoknya untuk melakukan sesuatu (sesuai dengan
bidang mereka) yang merasa terbebani oleh “masa lalu”: dimana pada waktu yang
lampau kelompok mereka (FORMMISI)dapat melakukan berbagai aktivitas seni yang
mendapat apresiasi positif dari khalayak, sedangkan diperiode ini mereka belum
dapat melakukan sesuatu hal. Namun akhirnya asumsi tersebut terpatahkan setelah
lebih lanjut melihat proses mereka mempersiapkan agenda pameran ini. Dan
sungguh saya ingin melihatnya pada satu titik “spirit-positif” dari pemaknaan
terhadap “mambangkik batang tarandam”- Menguak potensi diri dalam dinamika
kelompok (Forum, komunitas ataupun istilah lain yang memiliki kesamaan
pengertian).
Karena berasal dari masyarakat Minangkabau, makna
“mambangkik batang tarandam” secara
simbolik dapat dilihat dari proses membangun Rumah Gadang (rumah adat
Minangkabau) seperti berikut : “Batang” adalah kayu (pohon) pilihan yang
diambil dari hutan secara gotong royong. Kayu yang dipilih merupakan kualitas
terbaik, tidak ditebang pada saat pohon berbunga, pohon tersebut harus cukup usia dan
benar - benar sudah tua. Setelah itu, kayu tersebut terlebih dahulu direndam
dengan air mengalir untuk menghilangkan getah kayu, kemudian direndam dengan lunau (air yang bercampur lumpur) di
sawah atau di kolam yang airnya mengalir dengan tenang. Proses perendaman ini
bisa berlangsung bertahun-tahun bahkan berpuluh tahun, dengan begitu kayu
terbebas dari serangan jamur, bakteri kayu dan juga serangga sehingga didapatkan
batang kayu yang sempurna. Selanjutnya adalah kegiatan untuk menggunakan kayu
tersebut dengan mengangkatnya dari kolam atau tempat perendaman (menjadi kata
dasar mambangkik) untuk digunakan sebagai bahan pokok bangunan Rumah Gadang. Singkat
cerita tonggak rumah siap ditegakkan, dinding, lantai dibangun dari papan hasil
olahan kayu tersebut, begitupun dengan talang atok (kayu konstruksi penyangga
atap), kusen dan berbagai elemen bangunan lainnya dari Rumah Gadang yang dibangun
berdasarkan kesempurnaan batang kayu.
Secara umum Rumah Gadang berfungsi sebagai tempat tinggal yang ukuran
dan jumlah ruangnya tergantung dari banyaknya penghuni, dan biasanya terbilang ganjil,
seperti tujuh ruang, sembilan ataupun lebih. Fungsi penting Rumah Gadang adalah
sebagai “pusat kegiatan” adat dan tempat mufakat yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat, seperti: Kelahiran, kematian, perkawinan, dan acara -
acara kebesaran lainnya, termasuk tempat penyelesaian konflik. Dari sini
sebenarnya kita telah diwajantahkan terhadap kehidupan sosial yang seutuhnya,
dimana kepentingan bersama (umum) lebih diutamakan daripada kepentingan pribadi
Menilik kepentingan bersama Forum Komunikasi
Mahasiswa Minang Institute Seni Yogyakarta dalam agenda pameran ini tentu
berdasarkan pada tiga faktor: kebutuhan, tujuan kelompok dan potensi anggota
kelompok. Kebutuhan kelompok adalah kebutuhan yang dirasakan oleh sekelompok
orang secara bersamaan. Tujuan kelompok dapat diartikan sebagai gambaran yang
diharapkan anggota, dan akan dicapai secara kelompok. Maka dari itu tujuan
kelompok harus jelas, diketahui oleh seluruh anggota kelompok, dan untuk meraihnya;
diperlukan aktivitas bersama oleh para anggota dengan mengkesampingkan
kepentingan – kepentingan individu.
Sedangkan potensi diri individu dalam
kelompok ini (FORMMISI) dapat kita saksikan secara bersama – sama pada setiap
karya dalam pameran yang bertajuk “Mambangkik Batang Tarandam”. “Batang” ibarat
potensi diri yang apabila diaplikasikan ke “Rumah Gadang” dapat menjadi
tonggak, dinding, lantai, talang atok (kayu konstruksi penyangga atap), kusen
dan berbagai elemen bangunan lainnya untuk menjadi satu kesatuan yang utuh.
Harapan inilah yang menjadi cikal bakal
“spirit-kebangkitan” seperti yang diucapkan Ega Budaya (saat berdiskusi dengan
beberapa anggota FORMMISI, Selasa 02 April 2014 di Sewon) “Pameran ini bertemakan
“Mambangkik Batang Tarandam” berasal dari filosofi minangkabau. Batang tarandam
mempunyai pengertian sebagai potensi yang ada tapi belum bangkit. Mungkin
filosofi ini bisa menggambarkan semangat baru dari FORMMISI YK (Forum Mahasiswa
Minang Institut Seni Indonesia Yogyakarta) . Oleh karena itu kami dari FORMMISI
YK ingin kembali membangkitkan spirit serta potensi yang ada dari para anggota
untuk di tunjukkan melalui acara pameran seni
rupa”.
Terlepas
dari perihal di atas. Apabila kita hantarkan pada dimensi yang lebih luas
sebenarnya “Mambangkik Batang Tarandam” adalah: tentang cara, tanggung jawab
dan kemauan untuk merubah diri dan kelompok untuk menjadi yang lebih baik.
Ataupun kita dapat mengadopsi spirit ini kala menyadari bahwa perubahan –
perubahan dalam tatanan masyarakat kita yang telah tergerus oleh api
Globalisasi dan Modernitas. Tentu dengan kembali menumbuhkan rasa bangga terhadap
berbagai potensi lokalitas masyarakat Nusantara. Setidaknya ini Apresiasi
pribadi yang dapat saya berikan pada Pameran Seni Rupa “Mambangkik Batang
Tarandam” FORMMISI ini, dan semoga publik dapat mengapresiasinya dengan lebih…..
Spirit Glocalization…!
Bayu W
Tidak ada komentar:
Posting Komentar