Konsep Performance Art dan Pameran Arsip di Gedung BI
dalam Rangka FKY XXIV Future of AS Oleh Barak Seni Stefan
Mengapa tema pembebasan selalu
menjadi perdebatan yang tak kunjung usai dari zaman ke-zaman? Salah satu
jawabannya mungkin karena sampai saat ini masyarakat belum terbebaskan secara
utuh, masih terbelenggu oleh aturan-aturan yang tidak sejalan dengan ruh
demokrasi dan makna kebebasan itu sendiri.
“ Pembebasan ” dianggap mampu
menghilangkan segala bentuk eksploitasi, dominasi, penindasan, ketidakadilan,
dan tindakan-tindakan negative lainnya dalam kehidupan masyarakat. Pada
dasarnya setiap individu selalu ingin membangun masyarakatnya, yang awalnya
hanya tunduk dan patuh pada kondisi dan situasi dengan ke-“ lazim”an. Tapi
zaman terus bergerak maju diiringi tuntutan baru, menjadi masyarakat yang ingin
bersaing, mampu berfikir dan bertindak untuk meraih masa depan yang lebih baik.
Meminjam ungkapan Paulo Freire: ingin merubah masyarakat kerucut (submerged
society) menjadi masyarakat yang terbuka (open society).
Faktanya mayoritas masyarakat kita masih
berada dalam ke-tundukan dan ke-patuhan yang tidak dilandasi dengan pengetahuan
dan sikap kritis. Sopan – santun yang menjadi karakter masyarakat kita
dipelintir dalam “kotak – kotak bias” dan level – level tertentu tergantung
jabatan, kekuasaan dan kekayaan. Kisi – kisi kehidupan yang terbelenggu oleh
aturan dan tatanan yang tidak membebaskan manusia sebagai individu dan makhluk sosial.
Pertanyaannya bagaimana merubah paradigma dalam kehidupan yang cenderung melihat
“individu sebagai makanan lezat bagi individu lainnya”? ditambah lagi dengan
minimnya penghargaan terhadap setiap individu agar tetap dipandang sebagai
manusia tanpa embel - embel jabatan, kekuasaan dan kekayaan.
Salah satu langkah untuk meraih
kebebasan yang dianggap sebagai jalan meraih masa depan lebih baik adalah
meng-konstruksi kembali makna diri setiap individu. Karena masyarakat dibangun
oleh individu – individu yang ada di dalamnya, dan langkah ini dapat membuka
gerbang terhadap tujuan besar umat manusia yaitu masa depan yang lebih baik.
Secara personal Konstruksi-Diri mengacu kepada beberapa hal, Yaitu
a. Self
Esteem
self esteem mengacu
pada perasaan umum tentang harga diri atau nilai diri yang dibentuk oleh
hubungan timbal balik antara lingkungan, masyarakat dan diri individu.
b. Self
Efficacy
Self efficacy adalah
kepercayaan pada kapasitas umum seseorang untuk menangani sebuah pekerjaan.
Lebih spesifik mengacu pada kemampuan seseorang untuk menlakukan tugas khusus dan
mampu mempertanggung jawabkannya.
c. Self
Concept
self concept adalah
sifat dasar dan pengorganisasian diri seseorang. Self concept dirumuskan dalam
bentuk multi dimensi. Baik aspek fisik, emosi, dan hubungan dengan ruang sosial
yang terangkum dalam dirinya.
d. Self
Confidence
Self confidence adalah kombinasi
dari self esteem dan self efficacy umum. Yaitu individu yang memiliki harga
diri atau nilai diri dan memiliki kemampuan untuk menlakukan tugas khusus dan
mampu mempertanggung jawabkannya. Dengan kata lain individu telah menemukan
dirinya dalam mengarungi kehidupan.
Di tengah kehidupan yang sudah sangat maju ini cukup layak
kita kembali mempertanyakan kembali makna diri. Dengan tujuan dapat
meng-konstruksi masa depan yang lebih baik.Konstruksi-Diri dimulai dari mengenali diri sendiri dan
lingkungan tempat diri bernaung, termasuk tujuan – tujuan yang ingin digapai
dan harapan yang ingin diwujudkan secara personal dan sosial. Karena mengkonstruksi-Diri
tidak bisa lepas dari dinamika sosial, dimana setiap individu saling
ber-interaksi, melebur dan menjadi bagian utuh dalam membangun kehidupan sosial
yang lebih baik. Sebab setiap Konstruksi-Sosial memiliki karakter-sosial dan
budaya yang dibangun oleh individu – individu di dalamnya.
Dari Konstelasi di atas Self Re-Construction digambarkan
dalam karya seni dengan memadukan beberapa item. Yaitu
A. Pakaian
Pakaian disini menjadi pengandaian identitas setiap
individu. Setiap individu tidak bisa lagi menengok kebelakang, merubah sesuatu
yang telah terjadi dan ditinggalkan oleh waktu. Namun setiap individu dapat
mempertanyakan kembali makna kehadiran dirinya dalam kehidupan ini, berusaha
mencapai tujuan dan berani mewujudkan harapannya dimasa yang akan datang.
Potongan – potongan kain kanvas dirangkai ( menggunakan
kanvas karena profesi yang kami lakoni sangat dekat dengan kanvas ) merupakan
perwujudan setiap pakaian yang membawa karakter dan watak tertentu dari setiap
manusia. Dan tentunya memiliki tujuan dan impian
B. Warna – warni sentuhan, relasi antar
manusia.
Terlepas dari personalisasi individu, ruang selanjutnya
adalah Ruang – Sosial. Ruang dimana setiap Individu memainkan perannya. Peran
yang dimainkan oleh setiap individu selau bersinggungan dan berinteraksi dengan
individu lainnya. Ibarat kata, setiap individu adalah warna dan warna tersebut
dapat tertuang ketika relasi antar individu tercipta dengan unik.
Dari
pemikiran inilah Barak Seni Stefan, Komunitas Rupa – Rupa dan beberapa teman
lainnya mewujudkan gagasan dengan penggabungan Metode Penciptaan Karya Seni dan
Performance Art. Yang dilaksanakan untuk memeriahkan Festival Kesenian
Yogyakarta XXIV Future of As 2012.