Selasa, 21 Agustus 2012

Big is Beautiful


Usap, kau usap setiap jengkal tubuhmu
Menari bersama impian buta
Pandang, kau pandang raut wajahmu
Tersenyum, mengejek cermin yang tak mampu menandingi kecantikanmu
Raba, kau raba setiap lekuk tubuhmu
Penanda gairah yang mengharap hadirmu
Gerak, kau gerakkan dirimu
Mengejar sejengkal mimpi yang menaungi hasratmu
Lihat, kau lihat duniamu
Terpaku dan terdiam mengunci kedua bibirmu
Dalam Lontaran takdir yang memasung dirimu
Diantara puji – pujian atas segala kemolekan dan kecantikan
Yang menjadi tuaian nasibmu.
(Mitologi Tubuh, Bayu W, Yogyakarta 18 April 2011)


Tubuh manusia merupakan keseluruhan struktu fisik organisme manusia. Masing-masing bagian merupakan system organ yang dirancang untuk melakukan fungsi kehidupan yang esensial. “ Tubuh “ manusia juga dapat dilihat sebagai bentuk ekspresi dan komunikasi. Setiap individu meng-ekspresikan dan meng-komunikasikan dirinya dengan menyampaikan segala yang ada dalam pikiran dan hati. Baik itu kedalam dirinya sendiri maupun ke “ ruang sosialnya ”.
Tentunya memahami “ tubuh ” tidak berhenti pada titik tampilan fisik yang menawan saja. Lebih jauh, representasi tubuh setiap individu merupakan gerbang untuk memahami arti hidup dan kehidupan. Secara individu langkah awalnya diiringi pertanyaan siapakah aku dan apa tujuan hidupku ? Dan dalam lingkaran sosial, pertanyaan besarnya berkisar pada fungsi apakah yang dapat dilakukan untuk membangun kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, mau tidak mau setiap individu dituntut memiliki pemahaman yang baik akan arti, tujuan dan fungsi hidupnya, agar dapat  memaknai “ tubuh ” dengan elok.
Zaman terus bergerak dan memunculkan pandangan - pandangan baru tentang kehidupan, terutama proses memaknainya. Tak dapat dipungkiri terjadi per-luasan makna yang mengikuti gerak kehidupan. Terlihat jelas adalah perubahan yang awalnya untuk memenuhi kebutuhan hidup secara individu dan kelompok, di Era ini setiap individu cenderung “ berlari ” mengejar kesempatan agar dapat memenuhi kebutuhan fisiologi dan merenggut kepuasan demi aktualisasi diri yang terkadang hanya sebuah kesenangan. Apabila tidak bijak, terjebak pada jerat kesenangan yang jauh dari makna aktualisasi diri yang seutuhnya.
Disamping itu, hasrat selalu menjadi pemenang mengiringi irama kompetitif kehidupan abad ini. Tak pelak, gaya hidup modern menjadi suatu keharusan meskipun ber-biaya tinggi. Akibatnya individu mesti bekerja tanpa mengenal waktu dan menjalani hidup dengan tergopoh - gopoh. Fenomena ini terus menjauh dari bayang kehidupan yang “tenang dan sederhana”. Meskipun nilai kesederhanaan dan kedamaian hidup tersebut bersifat subyektif.
Setiap tubuh manusia menjadi identifikasi, gambaran, dan melewati proses penerimaan individu terhadap “sosok” dirinya. keberagam bentuk tubuh manusia berfungsi sebagai pembeda antara satu individu dengan individu lainnya.
Secara mendasar kebutuhan tubuh adalah kebutuhan fisiologi, setelah itu bagaimana membangun “ diri “ dalam mengarungi kehidupan. Sayangnya pada abad modern ini sebagian individu terjebak pada persoalan yang tidak mendasar yaitu “bentuk tubuh”. Persoalan “tubuh ideal” dapat menjadi persoalan besar yang menggerus keyakinan dan kestabilan diri individu. Fenomena gaya hidup ini menggeser pewajatahan nilai – nilai “ke-dalaman pribadi”  dengan mengutamakan tampilan fisik.
Dampaknya terlihat jelas, “ Pesona diri ” dengan kepribadian yang utuh terselimut kabut tampilan. Lalu drama kehidupan di isi oleh tubuh – tubuh dan muka menawan namun kelam. Karena dinamika kehidupan yang dibangun oleh pola interaksi antar individu dipenuhi oleh penilaian baik dan buruk berdasarkan bentuk tubuh dan tampilan. Bentuk tubuh dan wajah yang kurang ideal tidak lagi memiliki kesempatan yang sama dalam mengaktualisasikan diri sesuai dengan kapabilitas dirinya. Sungguh miris, ditengah kerasnya usaha penyatuan atas perbedaan Ras, Suku, Agama dan Bangsa menjadi satu komunitas dunia yang utuh. Tumbuh satu penilaian yang meruntuhkan nilai – nilai kesamaan sebagai makhluk yang ber-label Manusia.
“ Tubuh ” adalah anugerah, perbedaan bentuknya menjadi warna – warni yang menghiasi kehidupan manusia. Dan “ ke-dalaman diri ” merupakan pilar utama untuk memaknai perbedaan tersebut.  
Bayu W