Setiap manusia pernah mengalami kecenderungan kebingungan identitas. Misalnya pada masa remaja, pada tahapan ini individu berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas dirinya secara berlebihan. Sehingga tak jarang dipandang sebagai bentuk perilaku ekstrim dalam mengekspresikan diri pribadi. Meskipun demikian kebingungan identitas dapat juga terjadi pada manusia dewasa, ketika tidak dapat menemukan identitas dirinya secara utuh.
Identitas individu dikonstruksi oleh berbagai atribut yang pada indiividu tersebut, seperti Ciri – ciri fisik, Profesi, Hobi, Kecakapan intelektual, Kecakapan emosi, Eksistentensi personal dan lainnya. Pertanyaan awalnya adalah Siapa aku? Dialog yang dilakukan individu untuk menjangkau kedalaman dirinya sendiri. Namun hal tersebut juga dapat dilihat sebagai upaya pribadi untuk merespon dunia kehidupan di luar dirinya. Selanjutnya, sadar atau tidak sadar individu berusaha untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Descartes mendefinisikan “ Aku ” tersebut sebagai sesuatu yang berfikir. Ungkapan ini menekankan bahwa pondasi keberadaan manusia tergantung dan terlihat dari ke-berfikirannya. Berbeda dengan pendapat tersebut, beberapa ahli lainnya beranggapan Self Identity merupakan bagian dari Sosial Identity. Pada tataran ini, identitas tidak hanya diidentifikasi dari atribut personality, tapi juga dipandang dari ruang social sebagai tempat keberadaan individu.
Kemudian dapatkah seseorang dianggap sebagai identitas personal yang bersifat tunggal? Foucault secara tegas mengutarakan ( Do not ask who I am and do not ask me to remain the same! ) Jangan tanyakan Siapa Aku dan jangan harap aku akan berubah, karena setiap waktu aku mengalami perubahan. “ Aku ” saat ini berbeda dengan “ Aku “ yang lalu atau “ Aku “ yang akan datang. Selaku identitas yang Hibrid “ Aku “ dapat bertransformasi dan meloncat dari satu identitas ke identittas yang lain.
Dari konstelasi diatas dapat diurai, bahwasanya identitas individu dimulai dari identifikasi terhadap diri pribadi dan ruang sosialnya. Sebab, identitas tidak sekedar label nama, jenis kelamin dan pekerjaan dalam kartu identitas yang dimiliki oleh setiap individu. Melainkan kompleksitas dari personality individu dalam meretas kehidupannya.
Individu terdiri dari tubuh dan jiwa, hubungan timbal-balik antara keduanya membentuk karakter individu. Sedangkan dalam perspektif sosial individu adalah makhluk sosial, dengan pengertian yang lebih luas identitas pribadi berarti mengetahui siapa dirinya dan bagaimana cara seseorang hidup di tengah masyarakat. Segenap identifikasi diintrogasikan dengan peranan sosial secara “ Aku “, sehingga individu dapat melihat dan mengembangkan suatu sikap yang baik dalam segi kecocokan antara isi dan dirinya bagi orang lain. Selain hal tersebut individu dapat merasakan bahwa dia sudah menjadi bagian dalam kehidupan sosial dan berguna bagi kehidupan orang lain. Semuanya itu dapat terjadi apabila individu sudah dapat menemukan siapakah dirinya.
Identitas merupakan kulminasi nilai-nilai personal dan sosial masyarakat. Erikson dengan “Epigenetic Principle” berasumsi mengenai perkembangan setiap manusia yang merupakan suatu tahap yang telah ditetapkan secara universal dalam kehidupan setiap manusia. Proses yang terjadi dalam setiap tahap yang telah disusun sangat berpengaruh terhadap diri dan sosialnya.
Begitulah identitas, syair – syair yang dituliskan oleh setiap individu untuk menjawab pertanyaan personal yang dalam, Siapakah “ Aku “? Selebihnya adalah hubungan yang saling terkait dengan lingkungan dan tanggung jawab sosialnya. Eksistensinya tidak lagi meluncur kedalam ruang – ruang sunyi pribadi, melainkan irama dari dentingan persoalan kehidupan masyarakat. Akhirnya, Ritmik dari nyanyian identitas individu adalah nyanyian jiwa manusia yang bertujuan untuk menggiring peradaban manusia kearah yang lebih baik. Sebab harga yang paling mahal telah dibayarkan manusia untuk mengiringi kemajuan teknologi dan modernisasi saat sekarang ini adalah sifat individualisme, kerusakan lingkungan dan terperangkapnya nilai sosial masyarakat di atas timbangan untung-rugi.
Bayu W
Bahan Bacaan
Hardiman Budi F. 2004. Filsafat Modern Dari Machiavelli sampai Nietzche,
Gramedia, Jakarta
F.J. monks, A.M.P. Knoers, Siti RH. 2001 Psikologi Perkembangan
Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Hurlock. 1994. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.
Erlangga. Jakarta.